FOTO KEGIATAN

FOTO KEGIATAN
documentasi

Mengenai Saya

Senin, 04 Desember 2017

MAKALAH PERMASALAHAN PENELITIAN KEPENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH PERMASALAHAN PENELITIAN KEPENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang sangat penting bagi pengembangan ilmu dan bagi pemecahan suatu masalah. Beberapa ilmuwan memulai kegiatan ilmiahnya dengan melakukan penelitian. Penelitian menjadi alat bagi ilmuwan untuk mengungkap tabir yang ada dibalik fenomena yang terjadi sehingga terungkap beberapa kebenaran yang sesungguhnya dan dapat dihasilkan pengetahuan baru yang bermanfaat. Disamping itu, penelitian sangat berguna bagi pemecahan suatu masalah dengan mengambil pelajaran dari temuan penelitian. Dengan demikian, pada hakekatnya adalah upaya untuk mencari jawaban yang benar dan logis atas suatu masalah yang didasarkan atas data empiris yang terpercaya.
Melalui penelitian yang seksama dan sistematis, para ilmuwan dapat menemukan berbagai gejala atau praktik yang dapat dijadikan solusi terbaik bagi upaya pemecahan suatu masalah. Aktifitas penelitian merupakan suatu tahapan yang terus diikuti yang setiap langkahnya merupakan pengalaman yang menambah wawasan baru. Bukankah semakin banyak pengalaman orang, semakin bertambah pengetahuannya, semakin banyak alternatif untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, penelitian meruapakan pengalaman yang berharga dan menjadi guru yang terbaik yang memberikan banyak pelajaran bagi orang yang mau memanfaatkannya.
Temuan-temuan penelitian mengungkap berbagai gelala atau praktik yang bila dikembangkan lebih lanjut dengan analisis yang tepat, terdapat praktik dan gejala yang satu sam lain saling berhubungan dan membentuk suatu ikatan yang kokoh untuk memecahkan suatu masalah dan bahkan dapat membangun suatu praktik terbaik. Disinilah, para ilmuwan menemukan konsep dan teori baru. Walaupun tidak semua ilmu pengetahuan dihasikan dari penelitian, namun tidak dipungkiri secara empirik bahwa hasil penelitian telah menghasilkan ilmu pengetahuan baru dan dijadikan salah satu metodologi ilmu. Dengan demikian, penelitian pada hakekatnya adalah suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.
Penelitian merupakan suatu usaha menemukan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang kita ketahui jumlahnya sangat banyak dan beragam, sedangkan pengetahuan ilmiah (science) adalah pengetahuan yang mengikuti aturan-aturan ilmiah. Walaupun tidak semua ilmu pengetahuan diperoleh dari hasil penelitian. Namun posisi penelitian menempati peran yang sangat strategik dalam menghasilkan ilmu pengetahuan yang terpercaya. Ilmu pengetahuan diperoleh seseorang dengan cara yang berbeda, ada yang melalui pengalaman langsung, bertanya kepada orang lain yang lebih paham, membaca buku, atau bahkan tidak sengaja diperoleh dari pergaulan atau komunikasi yang terjalin.[1]
Penelitian merupakan aktifitas yang menggunakan kekuatan pikir dan aktifitas observasi dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan guna memecahkan suatu persoalan. Bagaimanapun juga, hasil penelitian yang valid dan reliabel dapat menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berguna bagi ilmu penegtahuan dan bahkan menjadi ilmu pengetahuan itu sendiri yang bisa berupa konsep atau teori yang dapat digunakan untuk memahami, mendeskripsikan, menjelaskan, mengontrol dan memprediksikan suatu fenomena. Aktifitas tersebut sangat berguna bagi upaya pemecahan dan memverifikasinya dengan fenomena empirik untk mendapatkan data dan fakta yang sesungguhnya atau yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Fakta dan data diolah, secara tepat dengan metode yang relevan dan dianalisis secara mendalam yang melibatkan verification logical framework dalam menyajikan temuan-temuan dan kesimpulan yang dapat dijadikan rujukan bagi pemecahan masalah dan bagi pengembangan disiplin ilmu.[2]
Kedudukan masalah dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/ dicari, karena masalah yang dipilih dapat menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang akan digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk memecahkannya.
Dalam dunia pendidikan banyak fenomena-fenomena dan suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait yang perlu dipecahkan dalam suatu penelitian. Namun tidak semua masalah itu harus dipecahkan secara ilmiah.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas masalah-masalah dalam dunia pendidikan terutama pada pendidikan Islam, dan berusaha memaparkan hal-hal yang terkait dengan permasalahan penelitian dengan judul makalah “PERMASALAHAN PENELITIAN KEPENDIDIKAN ISLAM.”

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah definisi masalah dalam Penelitian Pendidikan Islam?
2.      Bagaimana mengidentifikasi dan memilih masalah penelitian?
3.      Bagaimana cara merumuskan masalah penelitian?
4.      Apa saja sumber-sumber masalah penelitian?
5.      Apa bentuk-bentuk masalah penelitian?

Dengan mengetahui rumusan masala diatas, tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui definisi masalah dalam Penelitian Pendidikan Islam
2.      Untuk mengidentifikasi dan memilih masalah penelitian
3.      Untuk mengetahui cara-cara merumuskan masalah penelitian
4.      Untuk mengetahui sumber-sumber masalah penelitian
5.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk masalah penelitian



[1] Djam’an Satori, Aan Komariyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2011), hal 2.
[2] Ibid, hal 4


Masalah adalah  kesenjangan (discrepancy) antara das sollen dan das sain, yakni kesenjangan antara apa yang seharusnya (harapan) dan apa yang ada dalam kenyataan sekarang.[1] Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut.
Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi, misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Dari masalah-masalah yang ada, peneliti perlu mengidentifikasi, memilih dan merumuskannya. Beberapa hal yang dapat dijadikan sumber masalah adalah: (1) Ba caan, terutama bacaan yang bersumber dari jurnal-jurnal penelitian (2) pertemuan ilmiah, misalnya seminar, diskusi dan sebagainya (3) pernyataan pemegang kekuasaan (otoritas) (4) observasi (pengamatan) (5) wawancara dan penyebaran angket (6) pengalaman dan (7) intuisi.[2]
Masalah, merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara pengalaman masa lampau dengan yang terjadi sekarang. Yang diharapkan keuntungan Rp. 10.000.000 tetapi yang terjadi hanya Rp. 5.000.000, sehingga timbul masalah. Yang diharapkan iklim kerja kondusif, tetapi yang terjadi tidak menyenangkan. Yang diharapkan masyarakatnya agamis, tetapi yang terjadi justru jauh dari nilai-nilai agama.[3]
Seperti pada gambar di bawah ini:


Gambar: masalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Besar kecilnya masalah terlihat dari kecilnya sudut yang diarsir.
Definisi masalah dalam Penelitian Pendidikan, apakah permasalahan dalam penelitian? John Dewey dan Kerlinger mendefinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan.[4]
Secara umum, suatu masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang diinginkan dan kebutuhan yang ada.[5] Misalnya, diharapkan bahwa peserta didik memperoleh nilai skor rata-rata 80 dalam suatu ujian. Ternyata, skor rata-rata yang dicapai peserta didik hanya sebesar 60. Ini berarti ada kesenjangan. Rendahnya perolehan skor rata-rata tersebut dapat menjadi suatu masalah, karena untuk mencapai ketuntasan minimal (KKM) mereka harus mendaptkan skor minimal, misalnya 75. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab masalah rendahnya skor rata-rata tersebut?
Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan idang pendidikan, antara lain:[6]
a.       Pengalaman seseorang atau kelompok
Pengalaman mengajar dikelas, pengalaman terhadap lingkungan sekitar. Pengalaman orang yang telah lama menekuni bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang signifikan diteliti.
b.      Lapangan tempat bekerja
Tempat-tempat dimana seseorang maupun peneliti bekerja adalah juga merupakan salah satu sumber permasalahan yang baik. Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dapat dijadikan sebagai sumber penelitian.
c.       Laporan hasil penelitian
Sumber yang ketiga untuk memeperoleh permasalahan yang signifikan adalah perpustakaan atau internet dimana hasil-hasil penelitian para peneliti berada. Dan hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang direkomendasikan karena berkaitan dengan hasil penelitian yang telah ada. Dan banyaknya laporan penelitian, seorang peneliti dimungkinkan dapat memperoleh gambaran permasalahan yang baik untuk diteliti.
d.      Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain
Perkembangan ilmu pengetahuan yang lain diluar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh munculnya permasalahan penelitian. Misalnya, demonstrasi mahasiswa menentang kenaikan BBM, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik.
Namun demikian, masalah yang bersumber dari tempat yang tepat belum tentu semuanya dapat digunakan sebagai masalah penelitian, maka perlu adanya identifikasi masalah oleh peneliti.[7]

Mengidentifikasi masalah bukan hal yang mudah dan bahkan mungkin dapat dianggap sebagai sesuatu pekerjaan yang paling sulit dalam suatu proses penelitian. Kesulitan tersebut masih bertambah karena tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal bagaimana mencari permasalahan penelitian. Oleh karena itu, biasanya para peneliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau sesama peneliti. Kesulitan mencari permasalahan biasanya juga tergantung pada ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang dapat dimasukkan sebagai permasalahan.
Mengidentifikasikan masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah masalah, tetapi kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki signifikansi untuk dipecahkan. Berdasarkan identifikasi terhadap masalah-masalah, maka peneliti menentukan skala prioritas yaitu menentukan masalah-masalah mana yang perlu segera dilakukan pemecahan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakan masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan (identifikasi) masalah yang untuk dilakukan penelitian dan dicari jawabannya. Baik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergatung ketajaman dan kemandirian (kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan. Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1) esensial menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah yang ada, (2) urgen/ mendesak untuk dipecahkan, (3) bermanfaat bila dipecahkan. Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/ teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan hasil belajar jangka panjang (outcome). Walaupun dari proses identifikasi masalah telah berhasil ditemukan satu masalah, ternyata masih perlu mempertimbangkan beberapa hal untuk menjadikannya sebagai fokus penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti, likasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang tersedia, etika dan birokrasi. Bila kesemua hal tersebut telah terpenuhi maka suatu fokus masalah dapat dijadikan sebagai masalah penelitian untuk dicari jawabanya.[8]
Banyaknya masalah penelitian yang sering ditemukan, seringkali membuat seorang peneliti harus memilih masalah penelitian yang paling layak diantara beberapa masalah tersebut. Hal yang penting dijadikan pegangan dalam masalah penelitian ini adalah bahwa keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri.
Sebelum memilih masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan topik penelitia. Untuk menetukan topik penelitian, seorang peneliti harus terlebih dahulu menanyakan pada diri sendiri tentang beberapa pertanyaan berikut:[9]
a.         Apakah topik tersebut dapat dijangkaunya/ dikuasainya(Manageble topic)?
b.      Apakah bahan-bahan atau data-data tersedia dengan cukup (obtainable data)?
c.       Apakah topik tersebut penting untuk diteliti (significancy of topic)?
d.      Apakah topk tersebut menarik untuk diteliti dan dikaji (interented topic)?
Setelah topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti meliputi:[10]
a.       Masalah masih baru
“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh orang lain dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia usaha yang dilakukan, sebelum mencantumkan masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang penelitian terkini.
b.      Aktual
Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat.
c.       Praktis
Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna.
d.      Memadai
Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang kurang jelas dan menghamburkan sumber daya, sebaliknya masalah peneliian yang terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot.
e.       Sesuai dengan kemampuan peneliti
Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak hasil penelitiannya kurang dapat dipertanggung jawabkan dari segi ilmiah 9akademis) maupun praktis.
f.       Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah
Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang maupun adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya nanti.
g.      Ada yang mendukung
Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah dipertimbangkan darimana biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalah-masalah penelitian yang menarik akan mendapatkan sponsor dari instansi-instansi pendukung, baik pemerintah maupun swasta.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, sebelum melakukan pemilihan masalah penelitian, maka peneliti harus menjawab beberapa pertanyaan beriku agar yang diteliti layak dan relevan:
a.         Apakah masalah yang akan diteliti merupakan masalah yang sedang hangat di dalam masyarakat saat ini?
b.      Apakah masalah tersebut benar-benar ada di dalam masyarakat?
c.       Sejauh mana masalah tersebut dirasakan? Apakah peserta didik atau masyarakat merasakan masalah tersebut?
d.      Apakah masalah tersebut mempengaruhi kelompok tertentu, misalnya peserta didik, orang tua atau lembaga pendidikan?
e.        Apakah masalah tersebut berhubungan dengan masalah sosial, kesehatan atau ekonomi yang luas?
f.       Apakah masalah tersebut berhubungan dengan kreativitas program yang sedang berjalan?
g.      Siapa lagi yang tertarik atau terlibat dalam masalah tersebut?[11]
Dengan beberapa pertimbangan dan pertanyaan tersebut, diharapkan akan dapat dirumuskan masalah penelitian yang layak dan relevan, sehingga masalah penelitian memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun aplikatif.
Suatu masalah yang dipilih, menurut Tuckman kutipan Setyosari Punaji harus memiliki ciri-ciri khusus (karakteristik) sebagai berikut:[12]
a.       Masalah menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Masalah sebaiknya mencerminkan hubungan dua variabel atau lebih, karena pada praktiknya peneliti akan mengkaji pengaruh satu variabel tertentu terhadap variabel lainnya. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya pengaruh”gaya kepemimpinan kepala sekolah” (variabel satu) terhadap “kinerja guru” (variabel dua). Jika seorang peneliti hanya menggunakan satu variabel dalam merumuskan masalahnya, maka yang bersangkutan hanya melakukan studi deskriptif, misalnya “Gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA X”. Peneliti dalam hal ini hanya akan melakukan studi terhadap gaya kepemimpinan yang ada tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain baik yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan tersebut.
Contoh lain: Hubungan antara motivasi guru dan prestasi kerja. Motivasi: variabel satu; prestasi kerja variabel dua.
b.      Masalah dinyatakan atau dirumuskan secara jelas, tidak bermakna ganda, dan dalam bentuk kalimat tanya. Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak bermakna ganda atau memungkinkan adanya tafsiran lebih dari satu dan dirumuskan dalam kalimat tanya.
Contoh:
Judul Penelitian”
1.      Apakah ada hubungan antara promosi dengan jumlah pendaftaran murid baru?
2.      Apakah status sekolah mempengaruhi minat orang tua murid?
3.      Apakah desain produk handphone mempengaruhi keputusan membeli konsumen?
4.      Apakah ada hubungan antara minat baca dengan tingginya indeks prestasi?
Contoh-contoh diatas mencerminkan rumusan masalah yang jelas dan tidak bermakna ganda. Pada contoh “1” peneliti ingin mengkaji hubungan variabel dengan variabel. Pada contoh “2” peneliti ingin melakukan studi tentang hubungan variabel “status sekolah dengan variabel minat orang tua murid. Pada contoh “3” peneliti akan mengkaji hubungan antara variabel “desain produk handphone” dengan variabel “keputusan membeli”. Pada contoh “4” peneliti akan mengkaji hubungan antar variabel “minat baca” dengan “indeks prestasi”. Variabel-variabel yang dicakup dalam rumusan masalah itu merupakan suatu petunjuk yang paling baik dalam pengujiannya.
c.       Dapat diuji secara empiris
Masalah harus dapat diuji secara empiris, maksudnya perumusan masalah yang dibuat memungkinkan peneliti mencari data di lapangan sebagai sarana pembuktiannya. Tujuan utama pengumpulan data ialah untuk membuktikan bahwa masalah yang sedang dikaji dapat dijawab jika peneliti melakukan pencarian dan pengumpulan data. Dengan kata lain masalah memerlukan jawaban, jawaban didapatkan setelah peneliti mengumpulkan data di lapangan dan jawaban masalah merupakan hasil penelitian.
d.      Hindari penilain moral atau etika
Sebaiknya peneliti menghindari masalah-masalah yang berkaitan dengan idealisme atau nilai-nilai, karena masalah tersebut lebih sulit diukur dibandingkan dengan masalah yang berhubungan dengan sikap atau kinerja. Misalnya kita akan mengalami kesulitan dalam mengukur masalah-masalah seperti berikut ini:
·         Haruskah semua siswa tidak mencontek dalam ujian?
·         Haruskah semua siswa rajin dalam belajar?
Akan lebih baik kalau masalah tersebut dijadikan dalam bentuk seperti:
·         Hubungan antara kesiapan ujian dan nilai yang diraih
·         Pengaruh kerajinan siswa terhadap tingkat kelulusan
Salah satu cara untuk membuat perumusan masalah yang baik ialah denga melakukan proses penyempitan masalah dari yang sangat umum menjadi lebih khusus dan pada akhirnya menjadi masalah yang spesifik dan siap untuk diteliti.[13]
Dari manakah masalah penelitian itu bisa diperoleh? Dengan kata lain, manakah sumber-sumber yang daripadanya bisa diangkat atau ditarik sesuatu masalah yang tepat untuk diteliti?
Diantara sumber-sumber dimaksud adalah:
a.       Fenomena pendidikan di ruang-ruang di sekolah dan di masyarakat
Di ruang-ruang kuliah, di sekolah, dan di masyarakat sebetulnya banyak fenomena kependidikan yang tepat diangkat menjadi masalah penelitian. Itulah gudang sumber masalah, tentu saja bagi mereka yang jeli, penuh imajinasi, serta kuat rasa ingin tahunya. Masalah-masalah yang menarik dan menggoda, misalnya: Dalam keadaan bagaimanakah sesuatu metode mengajar itu efektif? Bagaimana pendapat para guru mengenai model silabut atau rencana pembelajaran? Bagaimanakah cara belajar siswa aktif di sekolah? Bagaimanakah pendapat orang tua mengenai pendidikan seks? Faktor-faktor luar manakah yang mempengaruhi tingkah laku belajar pelajar dan mahasiswa? Bagaimana realita yang dapat dipertahankan antara peserta didik, aturan, dan sistem dalam dunia pendidikan? Dari contoh-contoh diatas, nyata sekali bahwa ada banyak masalah menarik yang bisa diangkat dari pengalaman dan lingkungan terdekat mahasiswa atau kita para pendidik. Bagi para pemula di kerja penelitian, barangkali lebih baik memilih masalah-masalah yang lebih dekat dengan pengalaman dan lingkungannya, ketimbang memilih masalah-masalah yang relatif jauh dari jangkauannya.
b.      Perubahan teknologi dan pengembangan kurikulum
Selamanya membawa berbagai problem baru dan kesempatan baru bagi suatu kerja penelitian. Sekarang ini, lebih dari sebelumnya, inovasi-inovasi pendidikan telah ikut memajukan pengelolaan kelas, bahan dan prosedur belajar, dan penggunaan alat-alat dan perlengkapan teknik. Inovasi-inovasi tadi, seperti pengajaran melalaui TV, pengajaran berprograma, pendidikan melalui permainan, konsep-konsep dan pendekatan baru dari sesuatu mata pelajaran, penggunaan jadwal yang fleksibel, pelaksaan sistem kredit, modul dan sebagainya, kesemuanya perlu dievaluasi secara teliti melalui penelitian (proses penelitian).
c.       Pengalaman-pengalaman akademis itu sendiri
Seharusnya bisa menstimulir sikap bertanya terhadap berbagai praktik pendidikan yang berlau luas di masyarakat. Sikap bertaya dimaksud, juga seharusnya efektif di dalam pengembangan pengenalan terhadap masalah.
d.      Berkonsultasi dengan dosen-dosen pengajar, kepala sekolah, atau pengelola lembaga pendidikan (struktural/horizontal).[14]
Menurut Yatim Riyanto, yang termasuk sumber masalah adalah:
1.      Bacaan
Jurnal-jurnal penelitian merupakan laporan hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan penelitian yang baik tentunya mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut, yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang ada, karena keterbatasan penelitian. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terjawab.
Selain jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut dimensi ipoleksosbudhankam atau bacaan yang tulisan yang dimuat di media cetak.
2.      Pertemuan ilmiah
Masalah dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, seperti seminar, diskusi, lokakarya, konferensi dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah dapat muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban melalui penelitian.
3.      Pernyataan Pemegang Kekuasaan (otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figur yang dianut oleh orang-orang yang ada di bawahnya. Sesuatu yang diungkapkan oleh pemegang otoritas disini dapat bersifat formal dan non formal. Misalnya, pernyataan Mendikbud entang redahnya kualitas lulusan SMA, rendahnya angka lulusan sekolah kejuruan yang tidak terserap oleh lapangan pekerjaan dan sebagainya. Ini merupakan contoh pernyataan yang disampaikan oleh pemegang otoritas formal yang dapat dijadikan sumber masalah. Sedangkan yang non formal misalnya pernyataan yang diungkap oleh tokoh masyarakat pedesaan tentang rendahnya para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
4.      Pengamatan (observasi)
Pengamatan yang dilakukan seseorang tentang sesuatu yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, dapat memahirkan suatu masalah (sumber masalah).
Misalnya: seorang pendidik menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku siswanya dalam PBM. Seorang ahli pertanian, menemukan masalahnya melalui pengamatan terhadap keadaan tanaman padi di sawah yang sedang kekeringan.
5.      Wawancara dan Penyebaran Kuesioner
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual di lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi masyarakat tersebut. Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan dan juga untuk meyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di masyarakat.
6.      Pengalaman
Pengalaman memang dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak semua pengalaman yang dimiliki seseorang itu selalu positif, tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang diperolehnya sendiri maupun dari orang lain, dapat dijadikan sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian. Misalnya pengalaman seorang mahasiswa semasa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pedesaan. Mereka menemukan beberapa masalah di daerah miskin, misalnya masalah rendahnya tingkat pendidikan atau banyak anak lulusan SD tidak melanjutkan ke SLTP atau masalah lain seperti rendahnya produktifitas pertanian di daerah terpencil.
7.      Intuisi
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak terencanakan. Misalnya pada saat mau tidur, pada saat habis sembahyang, pada saat di kamar kecil dan lain sebagainya.
Ketujuh faktor diatas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu masalah penelitian, dapat uga berdiri sendiri dalam menelorkan suatu masalah.[15]
Jadi untuk mengidentifikasi masalah dapat melalui sumber-sumber masalah diatas. Sumber-sumber masalah tersebut dapat saling berinteraksi dalam menelorkan masalah penelitian, dapat juga melalui salah satu sumber saja. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:


Gambar: Faktor-faktor yang menjadi sumber masalah[16]

Bentuk-bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.
a.       Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahn yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang populer dalam bidang bisnis.
Contoh rumusan masalah deskriptif adalah:
1.      Seberapa tinggi prestasi peserta didik di suatu lembaga pendidikan?
2.      Seberapa baik interaksi peserta didik di sekolah A?
3.      Bagaimana sikap masyarakat terhadap adanya program-program sekolah yang menelan biaya mahal?
4.      Seberapa tinggi efektifitas kerja pegawai dengan sistem yang ditetapkan?
5.      Seberapa banyakjumlah out put/ out come, dan feed back dari sekolah?
Dan beberapa contoh diatas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri (bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif).
Peneliti yang bermaksud menegtahui potensi, kemampuan orangtua, terhadap sekolah tertentu adalah contoh penelitian deskriptrif.
b.      Permasalahan Komparatif
Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif:
1.      Adakah perbedaan produktifitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan Swasta? (satu variabel pada 3 sampel).
2.      Adakah kesamaan cara promosi antara sekolah A dan B?
3.      Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai Swasta Nasional, dan lembaga asing (dua variabel, pada dua sample).
4.      Adakah perbedaan kenyamanan sekolah di tempat A dan B menurut berbagai kelompok masyarakat?
5.      Adakah perbedaan kemampuan peserta didik yang berasal dari kot, desa, dan pegunungan (satu variabel pada 3 sampel)?
6.      Adakah perbedaan prestasi antara peserta didik yang orangtuanya mampu dan sebaliknya?
7.      Adakah perbedaan kualitas manajemen antara sekolah swasta dan sekolah negeri?
c.       Permasalahan Asosiatif
Permasalahan asosiatif adalah suatu pernyataan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/reprocal/timbal balik.
1)      Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif, contoh rumusan masa lalunya adalah sebagai berikut:
a)      Adakah hubungan antara disiplin dengan kinerja di suatu lembaga?
b)      Adakah hubungan antara banyaknya siswa di sekolah A dengan tingkat prestasinya?
c)      Adakah hubungan antara sering kegiatan ekstrakurikuler dengan prestasi belajar?
d)     Adakah hubungan antara banyaknya lembaga bimbingan dengan kemampuan daya pikir peserta didik?
Contoh judul penelitiannya:
a)      Hubungan antara banyaknya lembaga bimbingan dengan kemampuan daya pikir peserta didik.
b)      Hubungan antara kegiatan ekstra dengan prestasi belajar.
2)      Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependent (dipengaruhi).
Contoh rumusan masalhnya:
a)      Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
b)      Seberapa besar pengaruh kepemimpinan manajer terhadap iklim kerja sekolah?
c)      Seberapa besar pengaruh tata ruang sekolah terhadap jumlah peminat?
d)     Seberapa erat pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai?
Contoh judul penelitiannya:
a)      Pengaruh intensif terhadap disiplin kerja karyawan di sekolah X.
b)      Hubungan interaktif reciprocal/ timbal balik.
c)      Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor tehadap efisiensi kerja disekolah A. Contoh pertama dengan satu variabel (independent) dan contoh kedua dengan 2 variabel independent.
3)      Hubungan Interaktif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel independent dan dependent, contohnya:
a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
b)   Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.[17]
Atau baca juga KURIKULUM MADRASAH (KMA 165 TH 2014, KMA 207 TH 2014, KMA 117 TH 2014)


[2] Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif, (Surabaya, Unesa University Press, 2007) hal 1.
[3] Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2012) hal 29.
[4] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Komperensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal 21.
[5] Setyosari Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) hal 53.
[6] Sukardi, Metodologi ................., hal 21.
[7] Sekaran Uma, Metode penelitian untuk Bisnis (buku I) (Edisi IV), (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal 23.
[8] Hadi Sutrisno, Metode Researh I, (Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi, 2010), hal 43.
[9] Narbuko dan Achmadi, Metodologi Penelitian Edisi I, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002) hal 27.
[10] Notoadmojo, Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Asli Mahasatya, 2002), hal 16.
[12] Setyosari Punaji, Metode…, 11.
[13] Ibid, hal 57.
[15] Yatim Riyanto,Metodologi …,124-125

[16]  http://jollydaud.blogspot.com/2013/08/masalah-penelitian diakses Selasa, 1 April 2014 pukul 15.00
[17] Djojosuroto dan Trijnato. Metodologi Penelitian ilmiah( Yogyakarta: Graha Cendekia,2010), 45-46       

0 komentar:

Posting Komentar